Dalam melakukan penilaian terhadap  posisi kerja dapat menggunakan beberapa metode, antara lain: 
a.         Basline Risik Identification of ergonomic Factor (BRIEF) Survey
Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF) Survey merupakan metode yang digunakan untuk menilai faktor risiko ergonomic di tempat kerja yang dapat menyebabkan terjadinya Cummulative Trauma Disorders (CTS/nama lain dari MSDs). Metode BRIEF survey menggunakan tiga langkah yang dilakukan dalam penilaiannya yaitu penilaian faktor risiko ergonomic di lingkungan kerja, survei gejala terhadap pekerja dan hasil pemeriksaan kesehatan secara medis (Bramson et al., 1998).
Faktor risiko yang dinilai dalam BRIEF meliputi postur pergelangan tangan dan tangan (kanan dan kiri), siku (kanan dan kiri), leher, punggung, dan kaki. Metode ini juga menilai beban, durasi dan frekuensi yang dialami masing-masing postur yang diukur. BRIEF memberikan penilaian risiko CTS pada masing-masing postur diatas. BRIEF survey dapat menilai faktor risiko MSDs yang tergolong tinggi yang ada di lingkungan kerja. Selain itu BRIEF juga melakukan evaluasi terhadap pekerjaan dan lingkungan kerja untuk ditinjau lebih lanjut seperti getaran, tekanan mekanik dan temperature yang rendah.
 Metode BRIEF menghitung semua postur tubuh dengan jelas termasuk durasi, frekuensi dan beban yang diterima masing-masing postur yang diukur. Selain itu metode ini juga menggunakan survey gejala dan hasil dari pemeriksaan kesehatan, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Metode ini membutuhkan data lebih banyak sehingga tidak mudah untuk digunakan pada semua sektor industry seperti sektor usaha informal.


b.        Quick Exposure Checklist (QEC)
Merupakan metode yang dapat dipakai untuk menilai secara cepat risiko pajanan terhadap Work-Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) atau gangguan otot rangka yang berhubungan dengan pekerjaan (Li and Buckle, 1999a dalam stanton et al., 2005). Metode ini dikembangkan dan dievaluasi oleh Dr. Guangyan Li dan Profesor Peter Buckle yang didukung oleh penelitian dari Roben Center for Health ergonomic, University of Survey dan 150 praktisi Kesehatan dan Keselamatn Kerja United Kingdom (HSE UK, 2005).
QEC focus pada penelitian pajanan dan perubahanya yang bermanfaat untuk intervensi di tempat kerja yang penilaiannya dilakukan dengan cepat. Metode ini menilai gangguan risiko yang terjadi pada bagian belakang punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher serta kombinasinya dengan faktor risiko durasi, repetisi, pekerjaan statis dan dinamis, tenaga yang dibutuhkan, dan kebutuhan visual. Selain itu, metode ini juga melihat ada atau tidaknya pengaruh getaran dan tekanan psikososial dalam penilaiannya. Konsep dalam penilaian metode ini adalah melihat skor pajanan ergonomic untuk bagian tubuh tertentu dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya dengan cara melihat kombinasi faktor risiko ergonomic yang hadir secara bersamaan di tempat kerja. Metode dalam penilaian QEC melibatkan observasi langsung oleh peneliti dan kuesioner untuk pekerja, dimana hasil penilaiannya akan dikalkulasikan sesuai dengan ketentuan QEC. Scoring untuk QEC berdasarkan persentase hasil penilaian QC sendiri yaitu ≤ 40% (dapat diterima), 41-50% (perlu adanya investigasi lanjutan), 51-70% (investigasi lebih lanjut dan perubahan segera), > 70% (investigasi dan perubahan segera) (Stanton et al., 2005).
Metode ini menilai beberapa faktor fisik utama terhadap MSDs dan mempertimbangkan kombinasi/interaksi dari berbagai faktor risiko di tempat kerja. Selain itu metode ini juga mempertimbangkan kebutuhan pengguna, mudah dimengerti, cept dan dapat dilakukan oleh peneliti yang belum berpengalaman. Akan tetapi metode ini hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja saja, kurang mendetail dalam menilai postur kerja dan butuh pelatihan bagi orang baru yang menggunakan metode ini untuk meningkatkan reabilitas penilaian.
c.         Rapid Entire Body Assessment (REBA)
Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara tepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja.
Rapid Entire Body Assissment (REBA) adalah suatu metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. REBA adalah alar penganalisa postur tubuh yang bisa memeriksa akti vitas kerja. (Modul Praktikum "Sistem Kerja dan Ergonomi"). Metode Inl juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban ekstemal, dan aktivitas kelja. Dalam metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua grup, yaitu grup A dan Grup B. Grup A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sedangkan grup B terdiri dari lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Penentuan skor REBA, yang (skor A dan B) digunakan untuk menentukan skor C. Skor REBA diperoleh dengan menambahkan skor aktivitas pada skor C. Dari nilai REBA dapat diketahui level resiko cedera.
d.        Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur faktor risiko musculoskeletal disorders pada leher dan tubuh bagian atas. RULA dikembangkan oleh McAtamney dan Corlett dari University of NNottingham Institute of Occupational Ergonomics, United Kingdom pada tahun 1993 (Stanton et al., 2005).
RULA menghitung faktor risiko ergonomic pada pekerjaan dimana pekerjaannya banyak melakukan pekerjaan dalam posisi duduk atau berdiri tanpa adanya perpindahan. RULA menghitumg faktor risiko berupa postur, tenaga/beban, pekerjaan statis dan repetisi yang dilakukan dalam pekerjaan. Focus utama penilaian RULA yang diukur secara detail yaitu postur dari bahu/lengan atas, siku/lengan bawah, pergelangan tangan, leher dan pinggang. Selain itu RULA juga mempertimbangkan adanya beban dan perpindahan yang dilakukan dalam penilaiannya. RULA juga menilai posis kaki apakah stabil atau tidak.
RULA bertujuan untuk mengukur risiko musculoskeletal sebelum dan sesudah adanya modifikasi tempat kerja, mengevaluasi hasilnya dan memberitahukan pada pekerja mengenai risiko yang berhubungan dengan musculoskeletal karena postur kerja. Prosedur penilaian menggunakan metode RULA mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Memilih postur yang akan dinilai pada masing-masing task dalam suatu pakerjaan.
2)   Postur dinilai berdasarkan skor-skor dalam lembar penilaian RULA kemudian mengkalkulasikannya berdasarkan diagram RULA.
3)   Hasil scoring dikonversikan berdasarkan level tindakan pada ketentuan RULA
Metode RULA merupakan metode yang mengukur postur tubuh bagian atas yang mudah dipahami dan mudah dilaksanakan karena pada metode ini telah disediakan petunjuk-petunjuk mengenai tata ara penilaian pada masing-masing postur yang diukur. Metode ini juga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam penilaiannya. Selain itu metode ini juga dapat mengukur faktor risiko ergonomic lainnya berupa force/beban, repetisi dan durasi/pekerjaan statis. Akan tetapi metode ini hanya mengukur faktor fisik yang ada di sebuah pekerjaan/task, metode ini tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti getaran, suhu, faktor psikososial, dll. Disamping itu dibutuhkan pelatihan lebih lanjut oleh pengguna awal dalam menggunakan metode ini untuk hasil yang lebih baik.
e.         The Ovako Working Posture Analysis System (OWAS)
                        The Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) merupakan suatu metode yang digunakan dalam mengevaluasi postur tubuh pekerja selama bekerja, dengan menganalisa berdasarkan klasifikasi sederhana dan sistematik dari postur saat bekerja yang dikombinasikan dengan observasi dari kegiatan pekerjaan. OWAS mengizinkan pengguna OWAS untuk mengestimasi berdasarkan beratnya objek yang diangkat ataupun kekuatan yang digunakan saat bekerja. Dalam perhitungannya, metode ini juga mengikutsertakan waktu observasi dan kaitannya dengan kegiatan pekerjaan yang memungkinkan menghubungkan setiap postur yang dilakukan dengan kegiatan pekerjaan yang mempengaruhinya (ILO,1998).
Metode OWAS ini dapat diaplikasikan antara lain di area:
1)   Pengembangan lingkungan kerja atau metode kerja untuk mengurangi beban pada musculoskeletal dan membuatnya lebih aman serta produktif.
2)   Untuk merencanakan tempat kerja baru maupun metode kerja yang baru.
3)    Dalam melakukan survey ergonomi.
4)   Dalam penelitian dan pengembangan.
Fokus yang dinilai adalah postur tubuh, pergerakan saat bekerja, frekuensi dari struktur kegiatan kerja, posisi kegiatan kerja didalam sebuah proses kerja, kebutuhan intervensi pada desain pekerjaan dan lingkunagan kerja, distribusi pergerakan tubuh, beban dan tenaga yang dibutuhkan saat bekerja.
Table 1. Kelebihan dan Kekurangan Metode OWAS

Kelebihan
Kekurangan
1.    Mudah digunakan
2.    Hasil observasi bisa dibandingkan dengan benchmarks untuk menentukan prioritas intervensi
3.    Angka pada tiap bagian tubuh bisa digunakan untuk perbandingan sebelum dan sesudah intervesi untuk mengevaluasi keefektifitasannya
4.    Angka pada tiap bagian tubuh bisa digunakan untuk studi epidemiologi
1.    Tidak ada perbedaan klasifikasi antara lengan kiri dan kanan.
2.    Tidak memperhitungkan mengenai posisi siku, pergelangan tangan atau tangan.